Jakarta (Berdikari Online) - Reggae bukan sekedar genre musik. Lebih
daripada itu, dia adalah alat perjuangan yang mengusung budaya
pembebasan, kesataraan manusia dan keadilan. Gerbong ini tumbuh dari
pergerakan rakyat miskin.
Setidaknya begitu kata Ras Muhammad,
duta reggae Indonesia saat berbincang dengan saya, di sekretariat
Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), di bilangan Tebet, Jakarta
Selatan, belum lama ini. Lho, ada ya duta reggae?
Anda tentu
acapkali mendengar tentang artis yang didaulat menjadi duta narkoba
seperti Slank, Sandra Dewi, Kuburan Band, Olivia Zalianty dan lain
sebagainya. Tapi mungkin agak terheran-heran mendengar tentang duta
reggae.
Bicara reggae tentu tak lepas dari Bob Marley.
Lagu-lagunya melegenda dan dikenal orang dari zaman ke zaman. Lirik
lagunya berkutat seputar kritikan terhadap penjajah, perjuangan kaum
tertindas dan nilai-nilai kemanusiaan.
Sama halnya dengan Bob
Marley, buah karya Ras Muhamad juga demikian adanya. Coba simak lagu
berjudul Burder to Bear dalam album terbarunya yang bertajuk Next
Chapter berikut ini:
Makna hidup bukan sebatas mencari
kemewahan/menambah kekayaan/karena harta tak menjamin kebahagian/tak
menjamin hati tetap tentram/tak menjamin hidup selalu senang/tetaplah
melangkah/teruslah melangkah/hentakkan kaki biar jejakmu membekas di
muka bumi.
Bunuh diri kelas
Anak semata wayang dari
pasangan Wening dan Rivaiini lahir di Jakarta 29 Okober 1982. Orang tua
memberinya nama Muhammad Egar. Nama Ras Muhamad sendiri didapatnya di
Brooklyn, sewaktu mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam.
"Di
Brooklyn, teman-teman memanggil saya Ras. Karena nama asli saya sulit
dieja dalam bahasa sehari-hari di sana. Dalam bahasa Jamaika, Ras itu
artinya Bung. Seperti Soekarno yang dipanggil Bung Karno di Indonesia,"
urainya.
Ayahnya seorang dokter akupuntur dan ibunya seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Luar Negeri (Deplu). Tahun1993,
sang ibu ditugaskan ke Amerika sebagai diplomat Indonesia di bidang
ekonomi. Di saat bersamaan Ras baru saja menamatkan pendidikan di SD
Harapan Ibu Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Selama di USA, bersama
ibunya, Ras tinggal di New York. Dia melanjutkan sekolah di Russell
Sage Junior High School dan lulus tahun 1996 kemudian masuk Forest Hills
High School (setara SMA) lulus 1999.
Sebelum lulus, tahun 1997
masa tugas ibunya di USA berakhir dan harus pulang ke tanah air. Ras
tidak ikut, dia menetap di USA dan tinggal bersama pamannya dan kemudian
indekos bersama kawan-kawan.
"Study saya sempat break
sebentar karena saya bekerja. Macam-macam yang saya kerjakan untuk
mendapatkan uang. Semisal mengantar makanan dan lain sebagainya.
Kadangkala juga performance street-ngamen bareng anak-anak Brooklyn,"
kenangnya.
Tahun 2001, untuk memperdalam dan mengasah bakat seni
dalam dirinya, Ras kuliah di jurusan Liberal Arts, Borough of Manhattan
Commlonity College, setara D3.
Karena rutinitasnya berkesenian
dan nongkrong di Broklyn, kuliah yang semestinya tamat 3 tahun,
diselesaikan dalam waktu empat tahun. Tahun 2005 dia lulus dan langsung
pulang ke Indonesia.
Sebagai orang yang secara ekonomi terbilang
berpunya, Ras melakukan bunuh diri kelas. Dalam kemapanan, hatinya
tergetar melihat ketidakadilan. Pengagum Bung Karno ini miris melihat
kesenjangan sosial ketika langgengnya sistem di mana ada manusia
menindas manusia lainnya.
"Reggae itu cinta damai. Love peace! Tapibagaimana bisa damai kalau tidak ada keadilan."
Dalam
perbincangan kami, Ras seringkali mengutip kata-kata Sang Proklamator.
Begitu ditanya sejak kapan mempelajari Soekarnoisme, dia memberi jawaban
yang cukup mencenangkan, "Semakin saya mengenal reggae semakin saya
mengenal Bung Karno," tandasnya.
Ras menjelaskan, Ideologi
Rastafari dan ajaran Bung Karno tak ada perbedaan. Sama-sama menyatakan;
kita bukan bangsa budak,bukan bangsa kuli. Rastafari selalu menyerukan
perlawanan terhadap kaum babilon. Babilon sebutan untuk kaum kapitalisme
dan imprealisme.
Seraya menghisap rokok dan mengepulkan asap
kelangit, Ras menyenandungkan salah satu lirik Bob Marley yang dalam
bahasa Indonesia artinya; jika kau adalah pohon yang besar kami adalah
kapak-kapak kecil dan kami siap menumbangkanmu. "Konteks lagu ini sama
persis dengan gagasan Bung Karno yang memprakarsai Konfrensi Asia
Afrika."
Tidak sekadar berteori, anak muda berambut gimbal ini
turun ke jalan melebur bersama kaum pergerakan kerakyatan melawan
penindasan dan ketidakadilan.
Baru-baru ini dia menggelar konser
amal bersama Rizal Abdul Hadi, seniman Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat
(Jaker) di SMA 4 Pematang Siantar, Sumatera Utara tanpa dibayar. Sekolah
itu diruislag untuk dibangun hotel. Para murid melawan meski bangku
serta meja belajarnya disita pemerintah. Dana dari konser itu untuk
membeli bangku, meja dan perkakas sekolah lainnya.
Tidak sampai
di situ, bersama Happy Salma, SujiwoTejo dan budayawan pro rakyat
lainnya, Ras juga kerap tampil di panggung seni anti korupsi yang
dihelat di jalaman gedung KPK setiap malam minggu.
Tiga album
Ras
mengenal Reggae di Amerika, tepatnya di Broklyn. Mulanya dia tergoda
dengan Dancehall, nafas tradisional reggae yangmenyampaikan pesan-pesan
spiritual Rastafari yang dimainkan kawan-kawan asaldari Karibia dan
Jamaika. "Pesan-pesan spiritual Rastafari itu mirip sekalidengan
nilai-nilai yang diusung Bung Karno."
Dijelaskan Ras, musik
reggae itu awalnya dancehall, kemudian berkembang menjadi ska lalu roots
seperti dendangan Bob Marley. Tidak sekadar musiknya, Ras juga
mendalami sejarah, perkembangan dan ideologi reggae. Di Tahun 1999
rambutnya digimbal hingga hari ini.
Tak ayal jika dia berkata semakin
mengenal reggae semakin mengenal Bung Karno. Pasalnya, selain banyak
persamaan dengan pemikiran Bung Karno, Haile Selassie, selaku tokoh
pemimpin Rastafari secara kebetulan lahir tanggal 17 Agustus. Tanggalnya
mirip dengan hari kemerdekaan Indonesia.
Hingga hari ini Ras,
telah melahirkan 3 album. Album pertamanya, Declaration of Truths (10
lagu) yang digubah tahun 2005 sewaktu masih di Broklyn. Album indie ini
beredar di New York. Album kedua Reggae Ambassador (15 lagu) yang
dirilis Januari 2007 di Indonesia juga secara Indie. Album ketiga Next
Chapter yang baru saja dirilis.
Sejak menelorkan album Reggae
Ambasador yang dalam bahasa Indonesia artinya duta reggae, sejak itupula
gelar duta reggae melekat di dirinya.
Terkait ini dia
berkomentar, "Reggae bukan sesuatu yang dianggap oleh pemerintah dan
tidak ada yang mungkin melantik duta reggae kayak duta narkoba,
misalnya. Siapapun yang suka music reggae, paham dengan pergerakan
reggae yang anti penindasan adalah juga duta reggae."
*) Tulisan sejenis perah dimuat di Bisnis Indonesia edisi Sabtu, 28 November 2009.
**) Pemerhati seni dan bekerja sebagai jurnalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar