Selasa, 27 Mei 2014

Jakarta (Berdikari Online) - Reggae bukan sekedar genre musik. Lebih daripada itu, dia adalah alat perjuangan yang mengusung budaya pembebasan, kesataraan manusia dan keadilan. Gerbong ini tumbuh dari pergerakan rakyat miskin.

Setidaknya begitu kata Ras Muhammad, duta reggae Indonesia saat berbincang dengan saya, di sekretariat Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini. Lho, ada ya duta reggae?

Anda tentu acapkali mendengar tentang artis yang didaulat menjadi duta narkoba seperti Slank, Sandra Dewi, Kuburan Band, Olivia Zalianty dan lain sebagainya. Tapi mungkin agak terheran-heran mendengar tentang duta reggae.

Bicara reggae tentu tak lepas dari Bob Marley. Lagu-lagunya melegenda dan dikenal orang dari zaman ke zaman. Lirik lagunya berkutat seputar kritikan terhadap penjajah, perjuangan kaum tertindas dan nilai-nilai kemanusiaan.

Sama halnya dengan Bob Marley, buah karya Ras Muhamad juga demikian adanya. Coba simak lagu berjudul Burder to Bear dalam album terbarunya yang bertajuk Next Chapter berikut ini:

Makna hidup bukan sebatas mencari kemewahan/menambah kekayaan/karena harta tak menjamin kebahagian/tak menjamin hati tetap tentram/tak menjamin hidup selalu senang/tetaplah melangkah/teruslah melangkah/hentakkan kaki biar jejakmu membekas di muka bumi.

Bunuh diri kelas

Anak semata wayang dari pasangan Wening dan Rivaiini lahir di Jakarta 29 Okober 1982. Orang tua memberinya nama Muhammad Egar. Nama Ras Muhamad sendiri didapatnya di Brooklyn, sewaktu mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam.

"Di Brooklyn, teman-teman memanggil saya Ras. Karena nama asli saya sulit dieja dalam bahasa sehari-hari di sana. Dalam bahasa Jamaika, Ras itu artinya Bung. Seperti Soekarno yang dipanggil Bung Karno di Indonesia," urainya.

Ayahnya seorang dokter akupuntur dan ibunya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Luar Negeri (Deplu). Tahun1993, sang ibu ditugaskan ke Amerika sebagai diplomat Indonesia di bidang ekonomi. Di saat bersamaan Ras baru saja menamatkan pendidikan di SD Harapan Ibu Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Selama di USA, bersama ibunya, Ras tinggal di New York. Dia melanjutkan sekolah di Russell Sage Junior High School dan lulus tahun 1996 kemudian masuk Forest Hills High School (setara SMA) lulus 1999.

Sebelum lulus, tahun 1997 masa tugas ibunya di USA berakhir dan harus pulang ke tanah air. Ras tidak ikut, dia menetap di USA dan tinggal bersama pamannya dan kemudian indekos bersama kawan-kawan.


"Study saya sempat break sebentar karena saya bekerja. Macam-macam yang saya kerjakan untuk mendapatkan uang. Semisal mengantar makanan dan lain sebagainya. Kadangkala juga performance street-ngamen bareng anak-anak Brooklyn," kenangnya.

Tahun 2001, untuk memperdalam dan mengasah bakat seni dalam dirinya, Ras kuliah di jurusan Liberal Arts, Borough of Manhattan Commlonity College, setara D3.

Karena rutinitasnya berkesenian dan nongkrong di Broklyn, kuliah yang semestinya tamat 3 tahun, diselesaikan dalam waktu empat tahun. Tahun 2005 dia lulus dan langsung pulang ke Indonesia.

Sebagai orang yang secara ekonomi terbilang berpunya, Ras melakukan bunuh diri kelas. Dalam kemapanan, hatinya tergetar melihat ketidakadilan. Pengagum Bung Karno ini miris melihat kesenjangan sosial ketika langgengnya sistem di mana ada manusia menindas manusia lainnya.

"Reggae itu cinta damai. Love peace! Tapibagaimana bisa damai kalau tidak ada keadilan."

Dalam perbincangan kami, Ras seringkali mengutip kata-kata Sang Proklamator. Begitu ditanya sejak kapan mempelajari Soekarnoisme, dia memberi jawaban yang cukup mencenangkan, "Semakin saya mengenal reggae semakin saya mengenal Bung Karno," tandasnya.

Ras menjelaskan, Ideologi Rastafari dan ajaran Bung Karno tak ada perbedaan. Sama-sama menyatakan; kita bukan bangsa budak,bukan bangsa kuli. Rastafari selalu menyerukan perlawanan terhadap kaum babilon. Babilon sebutan untuk kaum kapitalisme dan imprealisme.

Seraya menghisap rokok dan mengepulkan asap kelangit, Ras menyenandungkan salah satu lirik Bob Marley yang dalam bahasa Indonesia artinya; jika kau adalah pohon yang besar kami adalah kapak-kapak kecil dan kami siap menumbangkanmu. "Konteks lagu ini sama persis dengan gagasan Bung Karno yang memprakarsai Konfrensi Asia Afrika."

Tidak sekadar berteori, anak muda berambut gimbal ini turun ke jalan melebur bersama kaum pergerakan kerakyatan melawan penindasan dan ketidakadilan.

Baru-baru ini dia menggelar konser amal bersama Rizal Abdul Hadi, seniman Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) di SMA 4 Pematang Siantar, Sumatera Utara tanpa dibayar. Sekolah itu diruislag untuk dibangun hotel. Para murid melawan meski bangku serta meja belajarnya disita pemerintah. Dana dari konser itu untuk membeli bangku, meja dan perkakas sekolah lainnya.

Tidak sampai di situ, bersama Happy Salma, SujiwoTejo dan budayawan pro rakyat lainnya, Ras juga kerap tampil di panggung seni anti korupsi yang dihelat di jalaman gedung KPK setiap malam minggu.

Tiga album

Ras mengenal Reggae di Amerika, tepatnya di Broklyn. Mulanya dia tergoda dengan Dancehall, nafas tradisional reggae yangmenyampaikan pesan-pesan spiritual Rastafari yang dimainkan kawan-kawan asaldari Karibia dan Jamaika. "Pesan-pesan spiritual Rastafari itu mirip sekalidengan nilai-nilai yang diusung Bung Karno."

Dijelaskan Ras, musik reggae itu awalnya dancehall, kemudian berkembang menjadi ska lalu roots seperti dendangan Bob Marley. Tidak sekadar musiknya, Ras juga mendalami sejarah, perkembangan dan ideologi reggae. Di Tahun 1999 rambutnya digimbal hingga hari ini.
Tak ayal jika dia berkata semakin mengenal reggae semakin mengenal Bung Karno. Pasalnya, selain banyak persamaan dengan pemikiran Bung Karno, Haile Selassie, selaku tokoh pemimpin Rastafari secara kebetulan lahir tanggal 17 Agustus. Tanggalnya mirip dengan hari kemerdekaan Indonesia.

Hingga hari ini Ras, telah melahirkan 3 album. Album pertamanya, Declaration of Truths (10 lagu) yang digubah tahun 2005 sewaktu masih di Broklyn. Album indie ini beredar di New York. Album kedua Reggae Ambassador (15 lagu) yang dirilis Januari 2007 di Indonesia juga secara Indie. Album ketiga Next Chapter yang baru saja dirilis.

Sejak menelorkan album Reggae Ambasador yang dalam bahasa Indonesia artinya duta reggae, sejak itupula gelar duta reggae melekat di dirinya.

Terkait ini dia berkomentar, "Reggae bukan sesuatu yang dianggap oleh pemerintah dan tidak ada yang mungkin melantik duta reggae kayak duta narkoba, misalnya. Siapapun yang suka music reggae, paham dengan pergerakan reggae yang anti penindasan adalah juga duta reggae."

*) Tulisan sejenis perah dimuat di Bisnis Indonesia edisi Sabtu, 28 November 2009.

**) Pemerhati seni dan bekerja sebagai jurnalis.
mari bersama-sama BERSATU! mengacungkan BEDILMU...demi RAKYAT!!!
mari bersama-sama BERSATU! mengacungkan BEDILMU...demi RAKYAT!!!

Mr. Bob Achmed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar