Tony Q Rastafara
adalah pria asal Semarang, kota kecil di Jawa tengah, Indonesia,
terlahir dengan nama Tony Waluyo Sukmoasih. Lahir dari keluarga
sederhana, bakat seni nya telah terihat sejak masa kanak-kanak terutama
di dalam bidang seni lukis dan musik. Tony berkenalan dengan dunia musik
melalui teman-temannya dan banyak terpengaruhi oleh jenis musik rock
dan blues.
Selepas menyelesaikan
pendidikannya di sekolah kejuruan tehnik (STM) Tony memutuskan untuk
memulai karier bermusiknya di kota semarang sebagi pemusik jalanan sejak
tahun 1980, hingga membuatnya dekat dengan kehidupan musisi jalanan
kota Semarang.
Di kota kelahirannya tersebut, Tony sempat membuat album kompilasi anak jalanan dengan teman-temannya dan pernah menjuarai beberapa festival musik jalanan.
Di kota kelahirannya tersebut, Tony sempat membuat album kompilasi anak jalanan dengan teman-temannya dan pernah menjuarai beberapa festival musik jalanan.
Karena ingin mencoba
tantangan baru dalam bermusik maka dia pun hijrah dan mencoba mengadu
nasib ke Jakarta, ibukota Indonesia. Karena kehidupannya yang dekat
dengan musisi jalanan, Tony pun kembali masuk ke komunitas yang sama di
Jakarta. Dengan bantuan dari seorang teman yang terlebih dahulu
berkecimpung di dunia musisi jalanan Jakarta, Tony pun memberanikan
niatnya untuk memulai karier musik di Jakarta sebagai pengamen.
Menghibur dan bermain musik dari satu tempat ke tempat lainnya di
seputaran pinggiran jalan Jakarta.
Di pertengahan tahun
1984, atas anjuran seorang teman, Tony mulai berkenalan dengan musik
country dan mulai mencoba memainkan jenis musik yang pada saat itu belum
terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia karena belum banyak
musisi yang memainkan genre musik tersebut. Dari eksistensinya bermain
musik country, Tony mulai mendapat teman dari kalangan ekspatriat di
Jakarta, salah satunya adalah teman-teman dari komunitas kedutaan
amerika serikat di Jakarta. Beberapa kali Tony di undang untuk tampil di
acara-acara yang diselenggarakan oleh kedutaan amerika serikat dan atas
bantuan dari teman-teman di kedutaan dia berhasil mendapatkan undangan
untuk bermain di salah satu festival musik country terbesar di amerika
yaitu Grand Old Opree yang bertempat di Tennese Amerika Serikat. Akan
tetapi dikarenakan kurang adanya dukungan secara finansial, rencana
untuk tampil di festival tersebut tidak dapat terealisasikan. Sekian
lama bermain musik country Tony mulai merasakan kejenuhan dan merasa
bahwa kariernya di musik country tidak berkembang hingga dia memutuskan
untuk keluar dari band countrynya dan mulai mencoba mencari jenis musik
lain yang lebih sesuai dengan jiwanya.
Tony mulai berkenalan
dengan musik reggae di awal tahun 1989, ketika ia jatuh cinta pada sosok
legenda musik reggae Bob Marley. Tidak saja terinspirasi dengan
musiknya, lirik-lirik lagu dalam setiap Bob Marley benar-benar mengusik
naluri bermusiknya, hingga ia yakin untuk memilih berkarier di musik
reggae dan mulai mencoba eksis di genre musik tersebut. Di tahun yang
sama Tony membentuk band reggae pertamanya yang diberi nama “Roots Rock
Reggae”. Band pertamanya tersebut mulai mengawali kariernya dengan main
di pub dan cafe-cafe seputaran Jakarta memainkan lagu-lagu milik Bob
Marley,Jimmy Cliff dan lain-lain dengan Tony sebagai lead vocal dan lead
guitar. Di dalam perjalanannya karier musik reggae nya, Tony sempat
membentuk band-band reggae lainnya, seperti “Exodus”, kemudian
“Rastaman” dan pada tahun 1994 dia membentuk band yang dikemudian hari
ikut membesarkan namanya di dunia musik reggae Indonesia yaitu
“Rastafara”.
Dengan Rastafara, karier
musik Tony mulai menanjak, dikarenakan pada masa itu sangat jarang
musisi band yang memainkan genre musik reggae di jakarta, maka Rastafara
cukup dikenal luas di kalangn penikmat musik reggae. Rastafara pada
saat itu dianggap sebagai pelopor musik reggae Indonesia dikarenakan
merupakan satu-satunya band reggae yang berani untuk membawakan lagu
ciptaan sendiri dan berusaha lepas dari bayang-bayang musik reggae ala
jamaika dan hampir keseluruhan lagu-lagu Rastafara di ciptakan oleh
Tony.
Pada tahun 1995, atas
bantuan seorang teman, Rastafara berhasil mendapatkan tawaran untuk
rekaman album dari Warner Music Indonesia. Dan akhirnya album perdana
bertajuk “Rambut Gimbal” di rilis pada tahun 1996. Album tersebut
mendapat respon yang sangat baik, dan berhasil memberikan warna baru
dalam industri musik Indonesia yang pada saat itu sedang di dominasi
oleh musik Alternative Rock. Hampir semua lagu-lagu di album tersebut
diciptakan sendiri oleh Tony ,lirik lagunya kebanyakan bercerita tentang
tema sosial, kemanusiaan, cinta dan tema kehidupan masyarakat
sehari-hari. Lagunya yang cukup populer pada masa itu adalah “Rambut
Gimbal” sebuah istilah untuk style rambut Dreadlock dalam bahasa asing
yang kemudian secara tidak langsung dijadikan istilah dalam bahasa
Indonesia dan menjadi populer dikarenakannya lagu tersebut.
Perbedaan Rastafara pada
saat itu dengan band reggae lainnya adalah karena mereka berhasil
memasukan dan memadukan unsur-unsur musik tradisional dengan gaya khas
Indonesia kedalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala
Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae dunia
seperti Bob Marley, UB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik
tradisional seperti Kendang sunda atau Gamelan jawa juga ikut menambah
warna musik Indonesia didalam lagu-lagu Rastafara. Aransemen musiknya
sepintas juga terlihat mencampurkan unsur-unsur musik melayu.
Pada tahun 1997, kontrak
album dengan label musik nya tidak diperpanjang dan Rastafara
memutuskan untuk vakum dalam bermusik, hingga akhirnya Tony memutuskan
untuk membentuk band baru dengan tetap membawa nama Rastafara.
Pada tahun 1998
terbentuklah Tony Q & New Rastafara, dengan format band additional
player. Tetapi kemudian Tony memutuskan untuk bersolo karier dengan
tetap membawa nama bandnya Tony Q Rastafara,
yang berhasil merilis album secara independent pada tahun 2000 yaitu
“Damai Dengan Cinta”. Pada album ke tiganya ini lah Tony mulai menapaki
puncak kariernya dalam musik reggae di Indonesia, karena album inilah
seorang Professor di bidang musik dari Amerika memberikannya referensi
kepadanya untuk ikut dalam ajang Bob Marley Festival di Amerika. Pihak
penyelenggara Festival menyukai lagu-lagu yang ada di album tersebut dan
kemudian mengundang Tony untuk tampil diacara tersebut pada tahun 2002,
tapi sayang sekali Tony beserta rombongannya tidak mendapat izin visa
dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait dengan Tragedi
WTC 11 September di Amerika yang terjadi berdekatan dengan rencana
keberangkatan Tony ke Amerika.
Pada tahun 2003 albumnya
yang ke empat berjudul “Kronologi” di rilis, lagu pada album tersebut
merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album sebelumnya dan
juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis.
Kedekatan Tony dengan
aktivis LSM dan NGO seperti Green Peace, WALHI,dan lain-lain
memberikannya inspirasi untuk membuat album yang mempunyai visi dan misi
sosial dan kemanusian yang lebih mendalam dan berarti. Maka pada tahun
2005 lahirlah album kelimanya yang bertitel “Salam Damai” dengan membawa
misi dan visi yang ingin disampaikan tentang perdamaian, dalam album
ini Tony Q mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur musik
orchestra tetapi tidak lupa memasukan unsur tradisional yang semakin
kental.
Di penghujung tahun
2005, kembali atas bantuan referensi dari teman lamanya, Professor
musicology dari Amerika Serikat, salah satu lagu dari album ketiganya
“Damai Dengan Cinta” yaitu “Pat Gulipat” berhasil masuk dalam Album
kompilasi musik dunia Putumayo World Music dengan titel “Reggae
Playground” yang telah dirilis secara Internasional pada bulan Februari
2006. Sebagai satu-satunya wakil dari benua Asia hal ini juga tidak saja
mengaharumkan nama Tony Q sendiri tetapi juga nama Indonesia di mata
dunia dan khususnya Musik Reggae ala Indonesia juga dapat lebih dikenal
secara Internasional.
Setelah sekian lama
berkecimpung di dunia indie label, maka Tony pun mencoba untuk kembali
merilis albumnya di major label pada tahun 2007 dengan titel “Anak
Kampung”.Nuansa album ke enam nya ini masih mencoba untuk memadukan
unsur musik reggae dengan tradisional indonesia dan semakin didominasi
oleh lagu-lagu yang bertema sosial, membuat musiknya pun banyak digemari
oleh masyarakat kelas menengah kebawah terutama mereka yang berasal
dari wilayah luar Jakarta.
Basis penggemar yang
semakin berkembang, Tony pun mulai mencoba memfasilitasi keinginan
penggemarnya dengan membentuk fans club yang tersebar hampir di seluruh
wilayah Indonesia hingga sampai ke negeri tetangga Singapore, Malaysia
dan Australia. Pada awal tahun 2009 bertepatan dengan berlangsungnya
pesta demokrasi di Indonesia yaitu pemilihan umum Presiden, Tony pun
kembali merilis album ke tujuhnya secara independen dengan titel
“Presiden” proses rekaman album ini pun sepenuhnya di lakukan di Sydney,
Australia. Di album terbarunya tersebut Tony benar-benar ingin
memberikan nuansa dan tema politik yang cukup kental demi menyambut dan
menanggapi jalannya pemilihan umum Presiden Indonesia.Aransemen musiknya
pun semakin bervariasi, Tony kembali bernostalgia dengan musik country,
dimana ia coba memasukan unsur gitar banjo khas musik country di album
tersebut.
Pada pertengahan tahun
2009, setelah melalui proses yang cukup panjang maka demo lagu yang
pernah coba di tawarkan pada sebuah label world musik bernama Cumbancha
dari Amerika Serikat milik mantan A&R dari label world music
Putumayo, Jacob Edgar,dari Amerika Serikat sejak tahun 2008 pun akhirnya
berhasil mencapai kesepakatan. Cumbancha memberikan kesempatan dan
tawaran untuk merilis lagu-lagu Tony secara internasional. Album itu
sendiri rencananya akan di rilis pada awal tahun 2010 secara
internasional yang juga akan di edarkan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar